Jumat, 15 Februari 2013

LOVE THAT I SHOULD HAVE


            Sekeras apa pun aku mencoba, aku tetap tidak bisa melupakan bayangan pria itu. Karena saat itulah pertama kalinya aku merasakan getar cinta, ya..walau kata orang yang lebih tua adalah cinta-monyet, tapi aku pikir yang aku alami ini berbeda. Awal masa SMP ku dulu penuh dengan kecerian dan kebahagiaan. Aku punya orangtua yang begitu perhatian terhadapku. Sampai peristiwa tragis itu datang menimpaku yang duduk di kelas 8. Sulit tentunya bagiku untuk melupakan kejadian yang terjadi terhadap kedua orangtuaku. Mereka meninggal ketika sedang dalam perjalanan akan menjemput aku dari rumah tante Karina.

Cerpen oleh Bella Danny Justice            Hidupku diselimuti oleh awan gelap. Sejak itu aku menjadi anak yang pendiam dan lebih suka menyendiri. Karena sikapku lah akhirnya teman-teman menjauhi aku. Dan dalam keadaanku yang dirundung pilu inilah, pria itu, Ivan, datang menyelamatkan aku yang terjebak jauh di dasar lembah kekelaman. Beruntunglah dia sekelas denganku. Dia orang yang sangat unik. Auranya begitu cerah dan hangat. Setiap orang yang ada didekatnya pasti merasa senang. Aku melihat dengan siapa saja ia berbicara. Mereka yang kala itu berbincang dengan Ivan selalu menampilkan senyum lebar sambil mata yang disipitkan.            Sampai pada suatu saat, dijam istirahat sekolah, hanya aku yang berada dikelas dengan Ivan sedangkan yang lainnya pergi ke kantin. Aku tau ia sedang tidur, ia menaruh kepalanya diatas meja dan melipat kedua tangannya. Kepalanya menghadap ke arah kiri, tepat kearahku. Momen itu benar-benar membuat rasa penasaranku semakin memuncak.

SEJAUH HARI MENUTUP


Kisah beraneka rasa ini ku mulai saat bibirku yang tipis mulai bisa berceloteh sedikit-sedikit tentang sebuah kata yang aneh rasanya bila baru dikenal oleh seorang remaja yang telah memakan waktu 17 tahun dalam mengarungi kehidupannya. Tepat sekali..sebuah kata berurai makna itu ialah “cinta”, hanya terdiri dari 5 huruf namun katanya mampu membius segala keadaan dan mengubah semua persepsi maupun pandangan. Entah dari mana asalnya dan mengapa aku bisa berbicara bahkan merasakannya, setidaknya itu ku yakini setelah aku mempelajari ciri-ciri orang yang sedang dimabuk cinta lewat internet. 

Semua karena senyumnya. Senyum yang berbeda dari jutaan senyum yang pernah kulihat sebelumnya. Mungkin ini terlalu berlebihan namun aku juga tak mungkin berbohong pada perasaan yang baru pertama kalinya ku kecap. Dia memang tidak terlalu tampan dan gagah. Dia juga tidak memukau akan prestasi akademik maupun non akademik. Tapi ia memiliki suatu daya tertarik sendiri yang entah apa aku pun juga belum bisa memastikan hal itu. Lelaki yang memiliki lesung pipi ini memiliki nama yang juga manis semanis empunya yaitu “Andika Devansyah” yang lebih sering dipanggil kak Devan karena memang kedudukannya di SMA Tunas Mulia paling tinggi yaitu kelas XII IPA 1. Aku mengenalnya saat aku tengah kebingungan memilih jurusan yang tepat untuk kumasuki di kelas XI karena jujur saja semua pelajaran yang menjamur pada saat kelas X membuatku hampir frustasi bahkan untuk menentukan keinginanku saat dewasa nanti pun belum jelas arahnya.